Selasa, 21 Mei 2019

Sosial Media Dan Sumber Daya Alam

       Teknologi informasi yang bergerak begitu cepat menjadikan gaya hidup baru dan trend dimasyarakat modern dimana hampir separuh dari penduduk Indonesia menggunakan internet, data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2017 saja tercatat sebesar 54,68 % atau 143,26 juta jiwa dari total penduduk Indonesia 262 juta jiwa,  hal menjadi suatu penanda bahwa penentrasi internet telah sampai pada tingkatan masyarakat yang paling bawah atau masyarakat kelas menengah ke bawah. 
            Seiring dengan penetrasi internet yang pesat perkembangan penggunaan sosial media juga mengalami peak performance berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh We Are Social yang bekerjasama dengan Hootsuite, menyebutkan bahwa ada 130 juta orang Indonesia yang terbilang aktif di media sosial (medsos) Platformmedsos yang paling digandrungi oleh orang Indonesia, di antaranya YouTube 43%, Facebook 41%, WhatsApp 40%, Instagram 38%, Line 33%, BBM 28%, Twitter 27%, Google+ 25%, FB Messenger 24%, LinkedIn 16%, Skype 15%, dan WeChat 14% ( https://inet.detik.com/cyberlife/d-3912429/130-juta-orang-indonesia-tercatat-aktif-di-medsos)sehingga menimbulkan prilaku baru dimasyarakat seiring dengan pemanfaatan media sosial yang cukup intens, diantaranya yang paling sering dilakukan oleh para pengguna media sosial adalah swafota ( selfie), dimanapun mereka berada selalu diabadikan dalam bentuk selfietersebut sehingga ada pameo yang populer “pada waktu dulu sebelum makan orang pasti berdoa dulu, sekarang yang terjadi adalah sebelum makan foto – foto selfie dulu”. 
            Seiring waktu selfiedilakukan bukan saja untuk hal – hal yang umum tapi juga semakin menyebar keberbagai hal termaksud di dalamnya adalah selfiedengan latar belakang                      ( background ) pemandangan alam ( landscape) dan semakin  menjadi trend sehingga berbagai cara dan upaya dilakukan  para penggiat media sosial untuk mendapatkan foto yang bagus. Sehingga menjadikan seluruh pelosok negeri dijelajahi oleh orang – orang yang ingin mendapatkan swafoto ( selfie) yang dianggap terbaik, disertai dengan prilaku manusia yang selalu merasa belum puas menjadikan perburuan akan tempat – tempat yang eksotik menjadi semakin menjadi – jadi.
            Hampir semua pengguna  media sosial menjadikan objek alam dan lingkungan sekitarnya sebagai backgrounddari foto – foto selfie yang mereka tampilkan di semua platform medsos, bukan tanpa alasan hal ini terjadi, tetapi secara pysikologis menampilkan foto – foto alam atau lingkungan yang belum atau jarang dikunjungi oleh orang menandakan bahwa orang tersebut dalam golongan orang – orang yang ter, baik itu dari segi keuangan, fisik, hobi dan lain sebagainya.
            Kondisi ini membuat daerah – daerah yang memiliki tempat – tempat yang indah menjadi primadona untuk dikunjungi, sehingga berdampak pada kondisi alam serta kondisi masyarakat sekitarnya yang pada awalnya tidak memperhatikan alam lingkungannya mulai untuk melihat dan memperhatikan alam lingkungannya,  dan mulai berbenah untuk menarik sebanyak mungkin orang agar dapat berkunjung kewilayahnya (efek baik dari medsos terhadap lingkungan). 
            Bagaimana kita mengenal dengan tempat – tempat  yang jarang dilihat dan dikunjungi oleh orang  di Indonesia yang sering di pamer di media sosial, atau bagaimana Ora Beach di Pulau Seram menjadi impian hampir semua orang bila berkunjung ke Maluku, atau gunung Binaiya di Pulau Seram yang merupakan the seven summit Indonesiamenjadi idaman setiap pendaki di Indonesia untuk di taklukan atau Pantai Liang yang pernah dinobatkan oleh salah satu lembaga di bawah PBB menjadi Pantai terindah didunia pada tahun 90-an, semua ini akibat dari pengaruh media sosial yang sering menampilkan foto – foto keindahan tempat tersebut. Atau ada tempat yang tadinya biasa – biasa saja disulap menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi dan berswafoto ( selfie) seperti rumah pohon di Desa Waii Kabupaten Maluku Tengah yang tempatnya disulap menjadi tempat berswafoto yang bagus di Ambon.
            Dalam konteks ini dapat dikatakan bahwa media sosial bisa menggerakan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan sumber daya alamnya, dimana setiap tindakan pengelolaan tersebut bermotifkan keuntungan semata namun terselip pemanfaatan yang bersifat berkelanjutan, pemanfaatan ini di lakukan dengan secara hati – hati yang dimana apabila dipaksakan untuk mendapatkan keuntungan yang besar bisa berdampak terhadap lingkungan tersebut, dengan sendiri masyarakat menyadari bahwa sumber daya alam yang mereka miliki dan telah dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan tersebut perlu dijaga dan dilestarikan sehingga keuntungan yang didapatkan berkelanjutan.

Peduli Lingkungan Demi Kehidupan Yang Sehat

Tepuk tangan meriah terdengar seiring suara mc menyebut nama mederator, sedetik kemudian laki - laki berkemeja putih dan berambut ikal naik...